Rabu, 05 Desember 2007

Badai Ekonomi dan Misteri Subsidi

SEBAGIAN besar dari kita telah memahami betapa pembangunan nasional sangat ditentukan oleh naik-turunnya harga minyak. Soal minyak telah menjadi agenda paling puncak dalam perjalanan pembangunan bangsa.
Ada saat-saat kita melihat kenaikan harga minyak sebagai berkat, tetapi ada kalanya kita menilai kenaikan ini sebagai laknat. Namun, mungkin hanya sebagian kecil dari kita yang menyadari, bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, sejak pemberlakuan UU No 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan berbagai peraturan yang mengacu pada UU tersebut—yang sebenarnya oleh Mahkamah Konstitusi telah dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945—ekonomi nasional terasa semakin rentan terhadap gejolak ekonomi eksternal.
Dari kaca mata yang berbeda, kata "rentan" bisa saja ditafsirkan sebagai "lentur". Apa pun,dan dari sudut mana saja penafsiran diberikan, ekonomi nasional semakin terintegrasi ke dalam dinamika ekonomi global. Pencapaian-pencapaian ekonomi makro yang selama ini banyak diberitakan, dengan mudah dicari penyebabnya pada apa yang terjadi pada lingkungan eksternal.
Sebagai misal, nilai rupiah yang stabil terjadi karena memang mata uang dolar sedang mengalami pelemahan. Ekspor dan cadangan devisa naik, karena harga-harga komoditas perkebunan dan pertambangan mengalami kenaikan.
Dinamika ekonomi global inilah yang membuat harga-harga minyak yang kita konsumsi ditentukan oleh mekanisme pasar yang terjadi di New York (New York Merchantile Exchange atau NYMEX).Kondisi ini yang membuat pemerintah menaikkan harga BBM rata-rata 126% pada Oktober 2005. Luar biasa, harga-harga yang harus dibayar oleh penduduk dari sebuah negara dengan pendapatan per kapita sekitar USD1.500 sama dengan penduduk negara lain yang pendapatannya puluhan kali lebih besar.
Inilah prinsip "harga sama di seluruh penjuru dunia" (the law of one price). Kini, ketika harga minyak mentah mendekati angka USD100 per barel, kita dibuat sibuk setengah mati. Dunia usaha disibukkan dengan upaya bertahan di tengah badai kenaikan biaya energi. Mereka yang sudah terlanjur menandatangani kontrak ekspor dengan estimasi harga lama dipaksa untuk melakukan penghematan di seluruh segi.
Produsen yang tidak terikat kontrak dengan segera meneruskan kenaikan tersebut pada harga jual yang dibayar oleh konsumen. Pemerintah,dalam upaya mengamankan APBN 2008,bahkan telah mengeluarkan sembilan jurus pengamanan, yaitu penggunaan dana cadangan APBN, efisiensi belanja, pemanfaatan dana kelebihan di daerah, penajaman prioritas belanja, penurunan konsumsi dan peningkatan produksi BBM, efisiensi Pertamina dan PLN,optimalisasi perpajakan dan dividen BUMN, penerbitan surat berharga negara,dan insentif bagi sektor riil.
Dalam menanggapi kenaikan harga minyak, sejumlah pejabat negara memberikan tanggapan atau analisis yang simpang siur. Petinggi di Departemen Keuangan seperti Menkeu Sri Mulyani Indrawati dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu cenderung mengatakan dampak kenaikan tersebut positif dan menguntungkan. Selama minyak yang diekspor lebih besar dibandingkan yang diimpor,maka kelebihan penerimaan selalu dapat menutupi kebutuhan subsidi BBM.
Pejabat lain, terutama kalangan DPR, begitu risau dan mengkhawatirkan APBN akan jebol. Kesimpangsiuran juga terjadi pada besaran angka surplus anggaran apabila terjadi kenaikan harga minyak. Pejabat Ditjen Migas Departemen ESDM menyebut, setiap kenaikan harga minyak mentah dunia USD1 per barel akan mendatangkan surplus bersih sekitar Rp190 miliar, sementara dalam Nota Keuangan Agustus 2007 disebut angka sekitar Rp55 miliar.
Kemudian Menkeu menyebut angka sekitar Rp30-50 miliar. Bila kita simak lebih cermat, sampai hari ini angka-angka akurat untuk berapa besar biaya produksi BBM (seperti bensin atau solar) masih belum jelas.Angka perkiraan besaran subsidi BBM dan defisit dalam APBN 2008 juga masih simpang siur. Publik hanya membaca penjelasan yang rumit dan sering tidak konsisten.
Salah seorang ekonom yang paling rajin mempertanyakan ihwal subsidi adalah Kwik Kian Gie. Dalam puluhan tulisannya,Kwik mempertanyakan, apakah istilah yang tepat itu "subsidi" atau "opportunity lost"? Dalam perhitungannya, biaya produksi bensin, yang terdiri dari biaya penyedotan,pengilangan dan transportasi ke pompa-pompa bensin, hanya sekitar USD10 per barel (159 liter),atau sekitar Rp630 per liter apabila digunakan patokan kurs USD1= Rp10.000.
Dengan demikian, yang dinamakan "subsidi" sebenarnya hanyalah sebuah teknik pembukuan semata. Bukan dalam arti pengeluaran arus kas, karena harga yang dibayar konsumen BBM di dalam negeri sudah berada jauh di atas biaya produksinya. Inilah yang menyebabkan mengapa Wapres Jusuf Kalla pernah mengatakan bahwa meski harga minyak dunia sampai angka USD100 per barel, pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM.
Bahkan perwakilan IMF di Jakarta mengatakan, kalau harga minyak naik, maka pemerintah memiliki kekayaan tunai dalam jumlah besar (cash rich). Jadi, masalah sesungguhnya bagi kita adalah bagaimana tetap mempertahankan produksi (lifting) minyak dalam jumlah yang selalu lebih besar dibandingkan jumlah yang dikonsumsi. Selama kondisi ini bisa dijaga, kita tak perlu khawatir.
Keuntungan kita akan lebih besar apabila minyak yang kita hasilkan,yang mutunya dinilai lebih tinggi, kita ekspor dan hasilnya kita gunakan untuk mengimpor minyak yang lebih murah karena mutunya sedikit lebih rendah. Soal besar-kecilnya subsidi sebenarnya tergantung pada apakah pemerintah akan sepenuhnya menggeser kenaikan harga minyak di pasar dunia ke para konsumen di dalam negeri atau tidak.
Pernyataan Wapres Jusuf Kalla menyiratkan bahwa pemerintah tidak akan tega menggeser semua beban kepada masyarakat dan mungkin telah menyadari bahwa subsidi tidak identik dengan pengeluaran uang tunai.Tentu soalnya akan menjadi lain bila ada keyakinan bahwa harga yang harus dibayar penduduk sebuah negara miskin mesti harus sama dengan yang dibayar oleh penduduk sebuah negara kaya.
Dalam globalisasi,warga sebuah negara miskin tampaknya harus membayar mahal untuk apa pun yang dikonsumsinya.
The poor pay a premium for everything, begitu kata CK Prahalad (2005). Yang miskin selain memang telah kalah juga dituntut untuk terus selalu mengalah.(*)

Penulis, Direktur Program Pascasarjana dan Program Doktor IBII, Jakarta.
PROF HENDRAWAN SUPRATIKNO PHD*

Sabtu, 01 Desember 2007

Nikmatnya Hidup Di Indonesia

Hari ini kami ber lima belas, team dari STPI yang dipimpin ketua STPI, berada di Toronto - Kanada setelah sejak lima hari yang lalu berada di Quebeq City, untuk training peralatan baru yang di beli STPI.
Peralatan yang dibeli STPI untuk mendukung kegiatan diklat jurusan teknik, nanti kita bahas lebih lanjut.
Kali ini saya ingin membahas betapa nikmatnya hidup di Indonesia.
Memang, ekonomi Kanada dan kehidupan penduduknya jauh diatas kita, tetapi alam yang mereka hadapi whaduuh........... bukan main kerasnya.
Saat kami datang di Quebeq City, suhu berkisar minus 5 sampai minus 10 derajat celcius. Itu masih bagus, karena kalau kami datang bulan Desember atau Januari kelak, suhu dapat berkisar antara minus 20 sampai minus 30 derajat.
Saat ini, salju berkisar 30 cm tetapi nanti bulan depan dapat setinggi 3 meter lebih. Dan itu dapat berlangsung selama 2 atau 3 bulan.
Buat kami yang datang dari Indonesia dan tinggal selama seminggu di Quebeq, hal itu menyenangkan karena dapat pengalaman baru, bisa merasakan dinginnya salju, dapat merasakan dinginnya jalan kaki kehujanan salju, tetapi ........... kalau harus hidup seperti penduduk Quebeq, alamaaak, maaf saja lah.
Yang saya kagumi ternyata .......... dengan kondisi yang begitu keras, mereka justru giat bekerja, sangat produktif dan mampu berkarya secara efektif dan efisien, sehingga kehidupan mereka menjadi maju.
Nah ......... bagaimana dengan kita di Indonesia?
Indonesia dibanding dengan Canada secara umum, jauh lebih indah, jauh lebih nyaman, alamnya jauh lebih bersahabat dan memberikan banyak kemudahan.
Mereka bangga dengan Niagara Falls, kita punya banyak sekali air terjun, pemandangan alam, sungai-sungai yang mengalir dengan indah, pemandangan alam yang sangat menakjubkan dari Sabang sampai Merauke.
Ah ........ Indonesia memang surga, dan saya bangga menjadi penduduknya.

Selasa, 13 November 2007

Bahagia Setiap Hari Sepanjang Hari

Semua yang ada di alam semesta ini, setiap benda, setiap kejadian, setiap hal yang kita temui, pada dasarnya NETRAL. Kitalah yang memberi makna, sehingga kita memiliki kesan dan nilai tertentu terhadapnya. Jadi, kesan kita terhadap apapun yang kita temui dan kita hadapi, sangat tergantung pada bagaimana kita memberi makna terhadap sesuatu yang kita temui atau hadapi itu.
Suatu saat dalam perjalanan pulang dari Jakarta ke rumah kami di Tangerang, saya mengeluh pada isteri tentang kemacetan yang kami temui, dan isteri saya dengan santainya menimpali keluhan saya dengan ucapan "Alhamdulillah, itu berarti kita masih banyak kawan di perjalanan ini." Sama-sama duduk manis dibelakang sopir, isteri saya menanggapi kemacetan sebagai berkah, sementara saya menghadapi kemacetan yang sama persis dialami oleh isteri saya sebagai derita. Dampaknya, isteri saya dapat duduk santai dan bernyanyi-nyanyi kecil, sementara saya menggerutu sepanjang perjalanan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada teman yang nyinyir, kolega yang bawel atau pimpinan yang galak, sok disiplin, banyak perintah, pelit atau apa saja yang intinya adalah setumpuk keluh kesah dan sumpah serapah yang "terpaksa" kita ucapkan karena kejengkelan dan kemarahan kita.
Benarkah orang-orang disekitar kita berperilaku begitu buruk dan tidak menyenangkan atau kita yang salah memaknai keadaan, sehingga kesan yang masuk ke dalam otak kita menjadi kacau?
Kita akan bahagia sepanjang hari dan setiap hari, ketika kita mampu memaknai segala hal yang kita temui dengan nilai-nilai positif yang menyenangkan.
Ternyata kolega dan sahabat-sahabat kita begitu perhatian terhadap kita, sehingga kekurangan-kekurangan kita mereka komentari, agar kita setiap hari menjadi lebih baik. Pimpinan kita ternyata sedang mengajari kita agar kita dapat bekerja lebih baik, lebih efektif dan efisien, dan lain-lain.
Sekiranya kita dapat memaknai segalanya dengan positif, pastilah kita akan bahagia setiap hari sepanjang hari. Dan itu semua ada di tangan kita, tinggal kita mau atau tidak mau melakukannya.

Sang Waktu

Sahabat baik saya memberikan email yang baik seperti ini:

"Bayangkan jika sebuah bank memberi kita uang sebesar $ 86.400 setiap hari. Dan jumlah tersebut harus dihabiskan dalam satu hari. Setiap sore uang yang tersisa akan dihapuskan dari account jika kita gagal untuk menggunakannya sepanjang hari. Apa yang akan kita lakukan ? Tentunya akan menggunakan uang tersebut setiap sen yang ada.

Kita semua memiliki bank seperti itu. Namanya WAKTU. Setiap pagi, kita diberi waktu 86.400 detik Setiap malam akan dicatat, sebagai kehilangan, jika kita gagal untuk menginvestasikan dengan tujuan baik. Jumlah tersebut tidak akan dipindah-bukukan untuk keesokan harinya, juga tidak dapat dilakukan penarikan lebih dari jumlah yang telah ditentukan. Setiap hari akan dibuka sebuah account baru untuk kita, dan setiap malam account tersebut akan dihapuskan. Jika kita gagal untuk menggunakan simpanan pada hari itu, kita akan kehilangan. Hal ini tidak akan pernah kembali. Tidak akan pernah ada penarikan untuk hari esok. Kita harus hidup pada saat ini, untuk simpanan hari ini Investasikan hal ini untuk memperoleh dari investasi tersebut kesehatan, kebahagiaan dan keberhasilan yang sepenuh-penuhnya.

Untuk menyadari nilai SATU TAHUN, tanyakan pada seorang pelajar yang gagal naik tingkat Untuk menyadari nilai SATU BULAN, tanyakan pada seorang ibu yang melahirkan seorang bayi prematur. Untuk menyadari nilai SATU MINGGU, tanyakan pada editor dari majalah mingguan. Untuk menyadari nilai SATU JAM, tanyakan seorang kekasih yang menanti untuk bertemu. Untuk menyadari nilai SATU MENIT, tanyakan seorang yang ketinggalan kereta api

Untuk menyadari nilai SATU DETIK, tanyakan pada seseorang yang baru saja terhindar dari kecelakan. Untuk menyadari nilai SEPERSERIBU DETIK, tanyakan pada seseorang yang baru saja memperoleh medali perak dalam Olympiade."

Marilah kita mulai menghargai dan memanfaatkan waktu seoptimal mungkin. Waktu tidak akan pernah menunggu. Kemarin adalah sejarah. Hari esok adalah sebuah misteri dan hari ini adalah suatu hadiah. Itulah yang disebut dengan berkat. Waktu terus berjalan. Mari kita lakukan yang terbaik untuk hari ini.

Sabtu, 15 September 2007

Taruna Baru

Pagi ini 15 September 2007, sebanyak lebih dari 300 orang taruna baru, dengan langkah tegap dan penuh harapan, memasuki gerbang asrama STPI.
Saya bangga melihat mereka.
Kalau dibandingkan dengan senior-seniornya, memang mereka masih tampak "norak", tidak percaya diri, serba ragu-ragu dan takut-takut.
Namun dibalik wajah-wajah "kampung" itu, saya melihat proyeksi masa depan mereka yang cukup cerah. Saya melihat wajah-wajah pemimpin dunia penerbangan masa depan di wajah-wajah mereka, dan itu membuat saya bangga.
Sebagai dosen di STPI, saya bangga, karena suatu saat kelak saya pasti akan dapat menunjuk salah satu pemimpin dunia penerbangan di negeri ini sambil berkata "Dia adalah muridku, yang dulu waktu masuk STPI tampangnya jelek."Insyaallah.

Pengubahan kebiasaan Para Taruna STPI

Sebagai dosen di diklat penerbangan, kegiatan melatih generasi muda untuk menjadi manusia terampil serta berpengetahuan memadai di bidang penerbangan, rasanya tidak terlalu sulit.
Generasi muda jaman kini, rasanya jauh lebih pintar-pintar dan cepat memahami tentang apa yang kita ajarkan.
Tetapi tidak demikian halnya ketika kami harus mengubah kultur mereka agar sesuai dengan kultur masyarakat penerbangan.
Aneka kultur dan kebiasaan "bawaan" dari rumah, harus kami "basuh" bersih dan kemudian kami ganti dengan kultur dan kebiasaan yang merupakan tuntutan masyarakat penerbangan, sering kali harus memakan waktu bertahun-tahun, dengan kesabaran dan pengawasan yang ketat, dan kadang-kadang kami harus "sedikit" keras.
Saat ini, mereka yang mampu masuk ke STPI adalah masyarakat tingkat menengah ke atas, karena diklat apapun itu namanya, memerlukan biaya beberapa juta rupiah setiap semesternya, untuk membayar berbagai keperluan.
Karena berasal dari keluarga menengah ke atas, umumnya mereka telah terbiasa membawa HP, tidur di kamar tersendiri berkasur empuk, uang saku cukup, makan apa saja ada, mau apa saja tinggal minta dan segera tersedia. Setelah masuk STPI, mereka harus tidur berempat atau berlima dalam satu kamar, tidak pegang uang barang satu sen pun, tidak juga pegang HP, makan harus sesuai waktu yang telah ditentukan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan, bangun tidur jam 4.30 pagi sholat subuh langsung olah raga, dan terus melakukan berbagai kegiatan sampai malam hari.
Anak-anak ini, dengan kegiatan seperti itu, sudah merasa bagai masuk "neraka'.
Pola pembinaan seperti itu, memang dibuat agar mereka merasa satu dengan teman-temannya untuk mampu saling dukung, mempererat persaudaraan antar mereka, untuk menjalin kekeluargaan antar kawan, yang nantinya akan bermanfaat ketika kelak terjun ke dunia kerja.
"team work" adalah sasaran pelatihan yang pertama, karena dengan kerjasama team tersebut, kesalahan individu dapat dihindari karena ada kawan yang mendampingi.
Latihan baris berbaris, merupakan menu utama diawal kegiatan diklat. Itu bukanlah militerisme!
Kami melatih mereka agar mereka terbiasa patuh serta taat terhadap komando yang diberikan oleh pimpinan, siapapun dia orangnya.
Dalam suatu penerbangan, bayangkan jika anggota salah satu atau beberapa crew bekerja suka-suka, mengabaikan komando yang diberikan oleh sang Kapten. Bekerja dengan langkah sama, gerak sama, satu komando yang sama, merupakan tuntutan agar pekerjaan dapat dilihat pola dan arahnya, yang menentukan sesuatu akan berjalan dengan aman atau membahayakan.
Standard baku penerbangan yang berlaku secara internasional, mewajibkan hal tersebut diatas berjalan dengan baik, agar kegiatan operasi penerbangan dapat berjalan aman, selamat dan memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat.
Di bulan-bulan pertama para taruna hidup di asrama, memang merupakan saat-saat kritis, karena kemandirian, daya tahan emosi serta fisik dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru, benar-benar diuji secara bersamaan.
Adalah semangat dari orang tua, dorongan dari orang tua ditambah sedikit rasa tega melihat penderitaan putra-putri mereka, merupakan kunci keberhasilan taruna-taruni STPI dalam menyelesaikan pendidikannya.==

Selasa, 31 Juli 2007

Hidden Curriculum

Dalam proses pendidikan, para pengajar dituntut untuk mampu melakukan kegiatan yang disebut proses tranformasi, yaitu kegiatan mengubah "sesuatu" yang ada dalam diri peserta didik, menjadi "sesuatu" yang dianggap sebagai hasil atau keluaran dari kegiatan pendidikan.
Biasanya, dalam proses transformasi tersebut akan didapat perubahan yang berupa:
  1. Semula tidak tahu, tidak mengerti, tidak paham menjadi tahu, menjadi mengerti dan paham terhadap sesuatu yang dipelajari
  2. Yang semula tidak mampu melakukan, tidak atau kurang terampil mengerjakan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu, menjadi terampil mengerjakan suatu pekerjaan tertentu sesuai yang dipelajari tersebut
  3. Semula tidak biasa (berkaitan dengan perilaku), tidak suka, dll. menjadi biasa, menjadi suka, dll.

Contohnya, seorang Guru SD yang bertugas mendidik anak-anak agar mampu membaca tulis, maka tugas utama sang guru adalah merubah Si Murid dari tidak dapat tahu abjad menjadi tahu, mengerti, mampu membedakan, dan mampu memahaminya sampai dengan merangkainya menjadi kata dan kalimat. Juga harus merubah dari tidak dapat menulis menjadi mampu dan terampil menulis, serta dari tidak suka membaca menjadi suka membaca. Jikalau anak setelah sekian lama belajar dan tetap tidak ada perubahan pengetahuan, keterampilan dan perubahan kebiasaannya, pendidikan tersebut dapat dinyatakan gagal.

Masalahnya, dalam proses kegiatan pendidikan, sebagaimana minum obat, ada juga efek samping atau "side effek" yang sering terabaikan oleh kelompok pengajar. Efek samping proses pendidikan inilah yang disebut dengan "hidden Curriculum". Efek samping tersebut baru akan tampak ketika peserta didik terjun di lingkungan masyarakat. Jika efek sampingnya menyolok maka kondisi yang bersangkutan ketika di lingkungan masyarakat akan menyolok pula, demikian pula sebaliknya.

Ada beberapa institusi pendidikan yang menekankan "disiplin keras" pada peserta didiknya, dengan tujuan agar para lulusannya nanti menjadi orang - orang yang tangguh, disiplin tinggi, berani menghadapi berbagai rintangan dengan tegar, tidak takut menghadapi situasi apapun, bertanggung jawab dan lain sebagainya. Dalam pendidikan yang menekankan "disiplin keras" sudah tentu berlaku "hukuman keras" untuk mereka yang dianggap melanggar disiplin. Dalam proses pendidikan seperti itu, tidur dan bangun tidur jelas harus sesuai waktu yang telah ditentukan, mandi sekian menit, berpakaian sekian menit, makan sekian menit, juga masalah baris berbaris dan lari merupakan kegiatan rutin sehari-hari.

Menyenangkan melihat anak-anak muda memiliki disiplin tinggi seperti itu, tetapi .......... kembali masalah hidden kurikulumnya sering terabaikan dan tidak banyak terfikirkan oleh para pendidiknya. Mereka-mereka yang "merasa" memiliki disiplin tinggi karena didikan yang keras merasa atau berpikiran bahwa orang-orang yang tidak seperti dia berarti tidak disiplin. Oleh karenanya mereka kemudian menganggap para YUNIOR yang baru datang adalah kelompok orang-orang yang tidak disiplin dan harus mendapat hukuman keras. Semua orang yang tidak berperilaku seperti dia, dianggapnya tidak disiplin dan mereka pantas dihukum keras. Hidden Curriculum pendidikan keras adalah kekerasan.

Ada banyak cara dalam proses transformasi agar orang menjadi bertanggung jawab, memiliki disiplin tinggi, menjadi tegar, ulet dan mandiri. Pada jaman dulu, guru SR (sekolah rakyat / SD) membawa rotan keliling kelas untuk membuat anak-anak rajin belajar, siapa malas pasti pulang dengan tangan biru kena sabetan rotan Bapak atau Ibu Guru. Seiring dengan perkembangan metodologi pendidikan dan pengetahuan para Guru, rasanya tidak ada lagi Guru membawa rotan dan memukuli anak muridnya, dan nyatanya anak-anak setidaknya tidak kalah pintar dari para SENIORnya dulu.

Para pendidik seyogyanya mencari cara dan strategi yang tepat untuk melaksanakan proses pendidikan, dengan menekan sesedikit mungkin efek samping yang ditimbulkan. Efek samping (hidden curriculum) sejauh ini tidak dapat dihilangkan, hanya dapat dikurangi dan ditekan. Karenanya, sekiranya institusi pendidikan tertentu merasa bahwa kebijakan "pendidikan keras" harus tetap dijalankan, maka para pendidik, para pembina harus berusaha agar efek samping yang timbul tidak sampai "meracuni" anak didik, yang berdampak mengancam kehidupan institusi itu sendiri. Salam.

Minggu, 29 Juli 2007

Mereka Tidak Lagi Butuh Hartamu

Hari - hari terakhir pasti dirasakan sangat berat bagi banyak saudara - saudara kita yang mengalami musibah.
Dari kasus sepatu Nike yang akan berdampak lebih dari sepuluh ribu buruh pabrik sepatu di Tangerang kehilangan pekerjaannya, kasus banjir di Morowali Sulawesi, terbakarnya pasar Turi - Surabaya dan pasar Cipanas, kasus-kasus penggusuran PKL yang tanpa solusi memadai, dan kasus-kasus lain, semuanya dipastikan akan membuat kehidupan mereka menjadi sangat berat dan semakin berat ditengah situasi negara yang mencoba bangkit dari keterpurukannya ini.
Pertanyaannya, apa yang dapat kita lakukan untuk mereka?
Apa kita hanya cukup prihatin dan kemudian melupakannya?
Saat ini mereka hanya perlu uluran tangan dan bantuan materi dari kita. Kita sebenarnya dapat bergandeng tangan membantu meringankan beban mereka dengan memberikan bantuan materi untuk meringankan beban hidup yang dihadapinya saat ini. Rasanya, banyak juga dari kita yang dapat memberikan bantuan kepada mereka dengan cara meminjamkan modal kerja, agar mereka mampu bekerja untuk menghidupi keluarganya. Mereka tidak butuh modal ratusan juta. Bagi mereka, modal sejuta dua juta sudah cukup untuk memulai usaha dagang kecil-kecilan yang akan memberikan untung sepuluh dua puluh ribu, guna menyambung kehidupannya untuk menjemput harapan esok hari.
Ini harus saya sampaikan, karena jika kita lalai dan tidak melakukannya, situasi yang buruk sangat mungkin terjadi. Situasi itu adalah saat dimana kaum papa, para fakir miskin, mereka yang tertindas, tidak lagi membutuhkan uluran tangan kita, tidak lagi butuh dan meminta harta kita, yang mereka minta hanyalah..... CUCURAN DARAH KITA.

Sabtu, 28 Juli 2007

Pengumuman Kelulusan Test Akademik

kemarin siang, Jumat 27 Juli 2007, STPI - Curug mengumumkan hasil test akademik seleksi masuk pendidikan di STPI Curug.
Test ini merupakan tahap satu dari beberapa rangkaian test, sebelum seseorang diijinkan untuk mengikuti diklat di STPI. rangkaian test yang masih harus diikuti antara lain adalah :
  1. test kesamaptaan, yang akan dilaksanakan tanggal 30 dan 31 Juli 2007
  2. test kesehatan, dilaksanakan tanggal 1 dan 2 Agustus 2007
  3. test wawancara, dilaksanakan tanggal 14 dan 15 Agustus 2007
  4. test kesehatan ke dua (khusus untuk yang mendaftar penerbang), pada awal september
  5. test bakat terbang (khusus penerbang) pada bulan Oktober s.d Desember 2007

Untuk yang non penerbang, mereka akan mulai pendidikan pada pertengahan September 2007, sedang untuk yang mendaftar penerbang, baru akan memulai diklat penerbangnya pada awal Januari 2008.

Yang sangat disesalkan pada kondisi seperti ini adalah, banyaknya orang tua yang mencoba untuk memaksakan kehendak agar putra - putrinya dapat masuk pendidikan di STPI, dengan jalan "apapun", sehingga mereka menjadi sasaran empuk orang - orang yang tidak bertanggung jawab, untuk melakukan penipuan kepada mereka.

Modus operandi orang - orang yang tak bertanggung jawab tersebut adalah mencoba mendekati orang tua calon siswa yang sedang was-was, sambil mengatakan bahwa dirinya mampu membantu putra - putri para pendaftar agar dapat masuk pendidikan di STPI. Tarif yang dikenakan untuk tahun ini, rata - rata antara 20 s.d 50 juta dengan skema pembayaran 2 kali, yaitu separuh di awal dan separuhnya lagi setelah nanti masuk diterima di STPI. Uang tersebut tentu saja "menurut orang itu" akan dibagi-bagi ke beberapa pejabat yang dapat menentukan diterima atau tidaknya seseorang mengikuti pendidikan di STPI.

Mereka (para orang tua) yang percaya dengan kata - kata tersebut, akan segera setuju dengan cara itu dan membayar sejumlah uang sesuai perjanjian, dan tertipulah dia!!!

Sebenarnya, dalam penerimaan taruna di STPI, banyak filter yang masing - masing independen, sehingga peluang kolusi sangat - sangat kecil, kalau toh tidak dapat dikatakan tidak ada. Para penipu tersebut, sebenarnya tidak melakukan apa-apa! mereka hanya menunggu, sekiranya anak yang "coba dibantu" itu pandai, lulus seleksi sesuai dengan bakat kemampuannya, mereka dapat uang sesuai perjanjian, kalau anak itu tidak lulus test masuk, yaaah dia toh tidak kehilangan apapun, malah mungkin dapat uang 50% dari perjanjian, dan membuat berbagai macam alasan yang masuk akal kenapa anak yang "dibantunya" gagal test.

Saya selalu katakan kepada para orang tua pendaftar, hati-hati terhadap modus penipuan yang sangat meyakinkan tersebut. Janganlah kita mencoba memaksakan kehendak, dengan cara - cara yang berlebihan, sehingga dampaknya kita kena tipu cukup besar. Tanamkan pada anak-anak kita keyakinan, bahwa keberhasilan yang membawa nikmat hanya dapat diraih dengan usaha yang baik dan cara - cara yang baik. Pemaksaan kehendak, apalagi dengan sogok - menyogok bukanlah cara yang baik untuk memulai langkah yang baik demi masa depan yang baik. Tuhan pasti akan memberikan kepada kita anugerah kebaikan yang kita usahakan melalui cara - cara yang baik. Salam.

Rabu, 18 Juli 2007

Sekolah Unggulan Vs Murid Unggulan

Minggu ini tahun ajaran baru untuk SD, SMP dan SMA sudah dimulai, meskipun untuk mereka yang mau masuk perguruan tinggi, masih harus tahan napas karena proses seleksi masuk perguruan tinggi belum lagi selesai.
Beberapa hari lalu banyak orang tua murid disibukkan untuk mencari sekolah yang bagus - bagus. Mereka berebut agar dapat mendaftarkan dan menyekolahkan putra - putrinya ke sekolah-sekolah yang dianggap bagus tersebut, yang banyak disebut sebagai sekolah unggulan.
Masalahnya sekolah unggulan itu apa?
Apakah sekolah yang hanya mau menerima anak-anak yang unggul, atau sekolah yang mampu merubah anak yang tadinya biasa - biasa saja menjadi anak yang unggul?
Peran sekolah pada dasarnya adalah tempat untuk melakukan tranformasi, sehingga mampu merubah anak manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu melakukan "sesuatu" menjadi mampu melakukan "sesuatu", dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak biasa bersama menjadi mampu hidup dan bekerja bersama.
Ketika anak yang mau memasuki sebuah sekolah harus mengikuti test yang berlapis, dengan seleksi yang sangat ketat dan melebihi batas kemampuan wajar (misal, untuk masuk SD di uji bahasa Inggris) maka sekolah tersebut akan menerima anak-anak yang unggul, tetapi sekolahnya sendiri apakah unggul?
Sebaliknya, jika suatu sekolah mau menerima anak-anak yang kemampuannya biasa-biasa saja dan kemudian karena manajemen sekolah yang bagus, mereka mampu mengubah anak - anak tadi menjadi berkualitas unggul, sekolah mana sebenarnya yang sekolah unggulan?
Saya bersyukur, anak-anak saya telah melampaui tahap rebutan sekolah unggulan tersebut, namun selama ini mereka sekolah di sekolah-sekolah yang biasa-biasa saja, biayanya tidak mahal-mahal, gurunya sederhana, tetapi ternyata mereka mampu menjadi orang-orang yang mandiri dan saya bangga jadi orang tua mereka. Salam

Sabtu, 30 Juni 2007

Terima Kasih Pada Kelompok RMS


Hari Jumat 29 Juni 2007, benar – benar hari yang membawa keberuntungan yang patut disyukuri oleh Bangsa dan Negara Indonesia, karena pada hari itu, ketika Pak Presiden SBY sedang menghadiri acara Hari Keluarga Nasional di Ambon, tiba-tiba sekelompok orang yang tak dikenal, yang kemudian diketahui berasal dari kelompok RMS, masuk lapangan dan mengibarkan bendera RMS di depan Presiden.
Kita, Bangsa Indonesia patur bersyukur, karena mereka yang berhasil mengelabui para pengawal Presiden, mengelabui aparat keamanan dan panitia acara tersebut ”hanya” ingin mengibarkan bendera saja, tidak ingin berbuat yang lebih aneh lagi.
Kalau saja mereka berbuat aneh – aneh pun, rasanya mereka – mereka yang bertanggung jawab untuk mengamankan Presiden, tidak akan tahu dan menyadarinya, sampai dengan semuanya jadi terlambat.
Atas dasar itulah sebenarnya kita semua patut berterima kasih pada kelompok RMS yang telah memberitahu kita :
1. betapa lemahnya pengamanan dan penjagaan terhadap Presiden kita
2. bahwa intelejen kita kurang mampu berfungsi dengan baik, sehingga aparat keamanan tidak mampu mengantisipasi dengan baik
3. tentang betapa cerobohnya kita, sehingga kita tidak tahu membaca daftar acara, sehingga kita tidak tahu mana yang masuk daftar dan mana yang “liar”
Memang benar bahwa Aparat keamanan di Ambon tidak kecolongan, karena kecolongan itu berarti sudah diantisipasi segalanya tetapi karena kelihaian si pencuri, maka pencuri berhasil masuk rumah kita.
Dalam kasus ini, tampaknya mereka tidak main curi-curi, buktinya mereka bawa bendera, bawa senjata tajam, bawa tombak, lewat bebas di depan para penjaga, dan didiamkan.
Ungkapan terima kasih terhadap para kelompok RMS tersebut seharusnya disampaikan dalam bentuk:
1. Pemeriksaan / investigasi yang santun dan tidak melanggar HAM
2. Mendengarkan keluh kesah mereka perihal apa yang membuat mereka terdorong untuk ingin merdeka lepas dari NKRI
3. Meyakinkan pada mereka dengan cara – cara yang baik, bahwa NKRI merupakan pilihan terbaik bagi kehidupan kita bersama mereka, melalui bukti-bukti yang konkrit
4. Segera memperbaiki diri, agar kasus – kasus serupa tidak terjadi di lain waktu.
NKRI merupakan kenyataan yang tidak dapat lagi diganggu gugat, tetapi ketika kita semua hanya memikirkan diri, kelompok atau golongan sendiri, tanpa menghiraukan kelompok masyarakat lainnya, atau kelompok lain hanya kita jadikan dalih untuk mendapatkan keuntungan pribadi, jangan heran jika usaha- usaha disintegrasi akan selalu ada.
Selagi belum terlambat, marilah kita masing – masing memperbaiki diri seoptimal mungkin, tanpa harus mencari kambing hitam di tempat lain.

Minta Maaf Pada Orang Yang Menipu Kita


Terus terang, ketika saya dapat kiriman email dari sahabat saya tentang ajakan untuk meminta maaf pada orang-orang yang telah menipu kita, saya bingung.
Kalau ajakan untuk memaafkan orang-orang yang telah menipu kita, itu jelas sering saya dengar, baik dari ajaran agama maupun dalam pelajaran kehidupan sosial sehari-hari, tetapi minta maaf pada mereka?
Dalam kebingungan dan keraguan saya terhadap ajakan itu, saya ingat kejadian beberapa tahun yang lalu di Vancouver – Canada, ketika saya dengan ceroboh menginjak kaki seorang Ibu yang berdiri di belakang saya.
Dalam kekagetan saya atas kejadian itu dan sebelum saya meminta maaf kepadanya, ternyata dia telah lebih dulu meminta maaf kepada saya.
”Kenapa anda meminta maaf pada saya” tanya saya kepadanya, dengan penuh keheranan.
”Saya melakukan kesalahan dengan berdiri pada posisi yang membuat anda dapat menginjak saya. Kalau saya hati-hati, tentunya anda tidak akan menginjak saya.” jawabnya.
Saya terheran-heran dengan argumentasinya.
Kalau kaki saya yang terinjak orang, argumentasinya tentu lain lagi! Kalau saya memaafkan orang yang menginjak kaki saya dengan cepat, itu sudah hebat. Orang ini sudah saya injak kakinya, kesakitan, malah minta maaf dengan argumentasi keteledorannya berdiri di dekat saya.
Kawan, dalam kehidupan kita ini jika dipandang melalui konsep Ketuhanan, semua kejadian dalam bentuk apapun, tidak ada istilah kebetulan. Semua kejadian yang kita alami hanya mungkin terjadi, semata-mata karena ijin-Nya.
Selanjutnya, kita juga harus sadar, bahwa kejadian demi kejadian yang terjadi dan menimpa kita, juga bukanlah suatu kebetulan, hal – hal itu terjadi tidak lain merupakan akibat dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya.
Kalau ada orang yang menipu kita, pastilah itu juga bukan suatu kebetulan, melainkan akibat dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya sehingga orang tersebut berkesempatan melakukan penipuan terhadap kita.
Kita ditipu, karena si penipu begitu mampu meyakinkan kita bahwa apa yang dilakukannya akan memberikan keuntungan (dalam bentuk apapun) kepada kita. Kita terbuai dengan janji-janji yang diberikannya, kemudian kita tanpa pertimbangan masak-masak meng-iya-kannya, itulah kesalahan kita.
Kita salah, karena pertimbangan yang sempit tersebut, membuat ”dia” terjerumus untuk berbuat kesalahan, yaitu menipu diri kita.
Seandainya kita teliti, kita penuh pertimbangan, kita arief dan bijaksana dalam bertindak, maka kita tidak tertipu. Dengan kata lain, sekiranya bukan karena keteledoran kita, maka kita tidak akan memberikan kesempatan pada orang tersebut untuk melakukan kesalahan yang merugikan reputasinya. Nah, makanya atas kesalahan itu kita perlu meminta maaf kepadanya, kepada orang yang telah menipu kita.
Saya sangat setuju dengan ajakan ini, karena dengan kesadaran tersebut, kita menjadi semakin dewasa dalam menghadapi suatu peristiwa. Kita akan menjadi semakin pintar dan ’dingin” dalam menghadapi semua peristiwa yang menimpa.
Kesadaran ini akan membuat kita tidak mudah menyalahkan orang lain, karena adanya kesadaran bahwa semua kejadian pasti atas ijin yang Maha Kuasa, yang dilakukan-Nya semata-mata dalam rangka membuat kita menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Dengan demikian, maka kita akan selalu waspada dan hati-hati, agar orang lain tidak melakukan kesalahan karena keteledoran yang kita perbuat.

Kamis, 21 Juni 2007

Persyaratan Calon Taruna STPI

Jika anda, saudara, anak atau siapa saja ingin sekolah di STPI, berikut ini beberapa persyaratan yang harus dipenuhi:

A. Persyaratan Umum
  1. WNI dengan usia tidak lebih dari 23 tahun pada saat pendidikan dimulai
  2. Belum pernah menikah dan tidak akan menikah selama pendidikan
  3. sehat jasmani, rohani, bebas narkoba, tidak cacat tubuh, tidak buta warna dan tidak berkaca mata
  4. Tinggi Badan minimum pria 163 cm wanita 158 cm (non penerbang) dan untuk penerbang pria 165 cm wanita 163 cm

B. Syarat Pendidikan

  1. Penerbang (pilot) : SMU / MAN IPA, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  2. Teknik Pesawat Udara : SMU / MAN IPA, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  3. Teknik Listrik Bandara : SMU / MAN IPA, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  4. Teknik Navigasi dan Telekomunikasi Udara : SMU / MAN IPA, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  5. Teknik Bangunan dan Landasan : SMU / MAN IPA, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  6. Teknik Mekanikal Bandara : SMU / MAN IPA, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  7. Pemandu Lalu Lintas Udara : SMU / MAN IPA, IPS, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  8. Komunikasi Penerbangan : SMU / MAN IPA, IPS, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  9. Penerangan Aeronautika : SMU / MAN IPA, IPS, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  10. Pertolongan Kecelakaan Penerbangan : SMU / MAN IPA, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  11. Operasi Bandar Udara : SMU / MAN IPA, IPS, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  12. Administrasi Perhubungan Udara : SMU / MAN IPA, IPS, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan
  13. Manajemen Transportasi Udara : SMU / MAN IPA, IPS, SMK Mesin, Listrik, Elektronika, otomotif, penerbangan

C. Tempat pendaftaran dan informasi lebih lanjut dapat menghubungi : STPI Curug Tangerang tlp. (021) 5982204 atau 5982205 pesawat 527

Selasa, 19 Juni 2007

Indonesia Civil Aviation Institute (Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia)
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, adalah satu-satunya sekolah tinggi bidang penerbangan milik pemerintah Indonesia, yang bertugas mendidik putra-putri terbaik bangsa untuk menjadi tenaga profesional bidang penerbangan yang berstandard internasional.
STPI Curug yang berdiri sejak tahun 1952, diawal berdirinya bernama Akademi Penerbangan Indonesia (API), yang di dalam perjalanan waktu sempat bernama Lembaga Pendidikan Perhubungan Udara (LPPU) dan yang kemudian berubah nama menjadi Pendidikan dan Latihan Penerbangan (PLP) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan Diklat Perhubungan Departemen Perhubungan Republik Indonesia.
Dalam menjalankan kegiatan operasinya, STPI terbagi dalam empat jurusan pendidikan, yaitu:
  1. Jurusan Penerbang
  2. Jurusan Teknik Penerbangan
  3. Jurusan Keselamatan Penerbangan
  4. Jurusan Manajemen Penerbangan

Masing - masing jurusan pendidikan tersebut diatas, memiliki beberapa program studi.

Jurusan penerbang, memiliki program - program studi:

  1. Penerbang Sayap Tetap (fixed wing)
  2. Penerbang Sayap Putar (helicopter)
  3. Operasi Penerbangan

Jurusan Teknik Penerbangan, memiliki program - program studi:

  1. Teknik Pesawat Udara
  2. Teknik Navigasi & Telekomunikasi Penerbangan
  3. Teknik Listrik Bandara
  4. Teknik Bangunan dan Landasan
  5. Teknik Mechanical

Jurusan Keselamatan Penerbangan, memiliki program - program studi:

  1. Pemanduan Lalu Lintas Udara
  2. Penerangan Aeronautika
  3. Komunikasi Penerbangan
  4. Pertolongan Kecelakaan Penerbangan

Jurusan Manajemen Penerbangan, memiliki program - program studi:

  1. Administrasi Perhubungan Udara
  2. Operasi Bandar Udara
  3. Manajemen Transportasi Udara

Ke empat jurusan pendidikan tersebut diatas, melaksanakan pendidikan baik program Diploma (Diploma II, III dan IV) juga melaksanakan program non diploma (kursus - kursus pendek).

Saat ini, STPI membuka pendaftaran untuk taruna baru, yang dibuka sejak tanggal 4 Juni 2007 lalu s.d 6 Juli 2007.

Tidak semua orang dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan di STPI. hanya mereka yang sehat jasmani dan rohani sesuai standard penerbangan sipil internasional, cerdas, cekatan serta mandiri dan memiliki semangat serta jiwa kedirgantaraan yang kuat, yang dapat melewati berbagai tahap seleksi dan lolos untuk menjadi taruna STPI.