Kata teman-teman yang sempat bercerita ke saya, pada bulan Oktober 2009 yang akan datang, di Bali akan diadakan Munas ke IV IATCA serta pemilihan pengurus untuk periode 2009 - 2012.
Bagi sebuah organisasi dan juga bagi seluruh anggota organisasi, kegiatan Munas tersebut sangat menarik perhatian dan perlu dicermati secara serius, agar keberadaan organisasi profesi ini mampu memberikan nilai-nilai positif bagi peningkatan profesionalisme, memberikan perlindungan dan pengayoman yang selayaknya bagi para anggotanya serta mampu menjadi mitra kerja yang baik bagi stake-holdernya.
Semua anggota seharusnya dapat diminta untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan Munas tersebut, meskipun nantinya yang datang dalam Munas adalah wakil-wakilnya saja, tetapi pemikiran dan aspirasi anggota seharusnya dapat terwadahi dan dibahas dalam Munas secara tuntas.
Kalau memang benar Munas akan dilaksanakan di bulan Oktober, itu berarti tinggal 5 bulan lagi. Normalnya, kegiatan hitung mundur harus sudah dimulai, agar kegiatan ini dapat menjadi kegiatan hajatannya ATC se Indonesia yang khidmat, yang meriah dan mampu memberikan makna dalam memasarkan eksistensi ATC Indonesia di masyarakat pada umumnya.
Inventarisasi masalah-masalah strategis yang dihadapi ATC Indonesia, harusnya sudah terkumpul atau mulai dikumpulkan. Peluang-peluang yang terbentang di hadapan kita, seyogyanya sudah terpetakan atau mulai dipetakan dengan jelas. Dengan demikian, program kerja pengurus periode 2009 - 2012 dapat ditawarkan ke para anggota sejak awal, untuk dikritisi, dibahas dan di diskusikan secara mendalam.
Adalah tugas rekan-rekan yang ingin masuk bursa "ATC 1" untuk mulai menyampaikan program-program real mereka secara terbuka, pemikiran-pemikiran dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk membawa ATC indonesia ke arah dan kondisi yang lebih baik secara terukur, agar pemilihan Petinggi ATC ini dapat berlangsung secara cerdik.
Jika ini dapat dikembangkan dalam budaya organisasi IATCA, saya sangat yakin, pemilihan orang nomor satu di lingkungan ATC Indonesia ini akan berlangsung secara rasional, bukan emosional semata.
Ijtihat, istikharah, mohon petunjuk kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dalam memilih figur pemimpin yang baik memang perlu, tetapi itu hanya boleh dilakukan setelah kita mempelajari semua seluk beluk calon pemimpin kita secara mendalam dan menimbang-nimbangnya dalam matriks yang obyektif yang sedapat mungkin kuantitatif. Penyerahan mendalam kepada ketentuan Allah hanya boleh dilakukan sebagai penutup / di akhir usaha kita yang telah dilakukan secara total dan habis-habisan.
Selasa, 21 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar