Pada saat kita membahas tentang bumi, sekilas kita bahas tentang cardinal direction, yaitu arah timur (east) ; barat (west) ; selatan (south) dan utara (north) serta quadrantal direction, yaitu arah arah diantara dua cardinal direction tersebut diatas, misal barat daya (southwest) ; tenggara (southeast) dan seterusnya.
Pada kegiatan navigasi, penentuan arah harus lebih akurat dari pada penunjukan arah model tersebut diatas, karena, kesalahan arah sebesar satu derajat saja untuk perjalanan sejauh 60 nautical miles, pesawat akan tersesat atau tersimpangkan sejauh 1 nautical mile. untuk kesalahan sebesar 2 derajat pada jarak 60 NM, pesawat akan tersimpangkan sebesar 2 NM, demikian pula jika pesawat menempuh jarak 120 NM dengan kesalahan arah sebesar satu derajat, pesawat akan tersimpangkan sejauh 2 NM. Dapat dihitung kemudian jika pesawat ter"deviasi" sebanyak 3 derajat pada jarak tempuh ratusan ,mile, maka pesawat akan tersesat sangat jauh.
Oleh sebab alasan itu, maka penunjukan arah dalam kegiatan navigasi digunakan sistem angka. Arah utara (merujuk atau mengarah ke kutub utara) disepakati sebagai arah nol derajat, arah timur dinyatakan sebagai arah 090 derajat, arah selatan (merujuk atau mengarah kutub selatan) disepakati sebagai arah 180 derajat, arah barat disebut arah 270 derajat dan dengan demikian, arah utara selain disebut sebagai arah nol derajat lazim pula disebut sebagai arah 360 derajat.
Dengan sistem angka ini, orang tidak lagi mengatakan pergi / terbang ke arah timur laut, tetapi pergi ke arah 25 derajat, atau 30 derajat, atau 40 derajat atau 70 derajat dan seterusnya.
pergi dengan arah 50 derajat berarti pergi dengan arah yang membentuk sudut 50 derajat dari acuan nol, yaitu 50 derajat dari garis acuan arah menuju kutub utara.
Arah-arah dengan acuan kutub utara bumi seperti tersebut diatas, disebut dengan arah TRUE. Disebut demikian, karena arah - arah dilakukan dengan mengacu pada kutub utara bumi sebenarnya.
Kelemahan penunjukan model ini adalah pada model navigasi konvensional, dimana peralatan canggih seperti GPS dan sebagainya belum digunakan, maka orang mengalami kesulitan untuk menunjuk arah TRUE NORTH yang pasti mengarah ke kutub utara bumi. Terlebih saat cuaca buruk, sehingga benda-benda langit tidak nampak, maka kesulitan untuk mendapatkan arah true nort sebagai referensi semakin besar.
Magnetic North
Salah satu cara untuk mendapatkan arah north / utara, adalah memanfaatkan magnet. batang Setiap magnet batang yang digantung bebas dan terbebas dari gangguan gelombang elektro maknetik, maka magnet tersebut akan menunjuk arah utara - selatan.
Hanya saja, yang perlu diingat, bahwa magnet batang tidak pernah menunjuk arah TRUE NORTH, atau menunjuk tepat ke arah kutub utara - selatan, karena setiap magnet batang yang tergantung bebas terkena medan magnet bumi dan mendapat daya tarik dari kutub magnet bumi. Kutub magnet bumi tidak satu posisi dengan kutub bumi.
Kutub utara magnet bumi terletak sekitar 1300 mile sebelah selatan kutub utara bumi, dan ke arah itulah batang magnet bumi mendapat gaya tarik.
Karena kutub utara bumi dan kutub utara magnet bumi tidak satu posisi, maka titik utara bumi (true north) berbeda posisi dengan titik utara magnetik bumi (magnetig north), sehingga penunjukan arah utara yang menggunakan batang magnet, harus dikoreksi jika ingin mendapatkan arah utara "true". Dampaknya adalah, semua penunjukan yang menggunakan alat bantu batang magnet, harus dikoreksi jika ingin mendapatkan arah sebenarnya (true direction). Besaran sudut koreksi yang digunakan untuk memberikan koreksi atas arah magnetic agar menjadi arah sebenarnya di bumi tersebut, diberi nama VARIATION.
Setiap posisi di muka bumi memiliki sudut variasi yang berbeda, tergantung posisi tempat itu terhadap kutub utara bumi serta kutub utara magnet bumi.
Variation berikut cara-cara perhitungannya agak sulit dituliskan di sini, tetapi banyak sumber yang dapat digunakan sebagai acuan untuk dapat memahami variation serta dampaknya bagi penunjukan arah dalam kegiatan navigasi.
Mudah-mudahan tulisan sekilas tentang arah ini dapat menjadi pangkal pijak untuk mempelajari sistem penunjukan arah dalam kegiatan navigasi selanjutnya.
Pada kegiatan navigasi, penentuan arah harus lebih akurat dari pada penunjukan arah model tersebut diatas, karena, kesalahan arah sebesar satu derajat saja untuk perjalanan sejauh 60 nautical miles, pesawat akan tersesat atau tersimpangkan sejauh 1 nautical mile. untuk kesalahan sebesar 2 derajat pada jarak 60 NM, pesawat akan tersimpangkan sebesar 2 NM, demikian pula jika pesawat menempuh jarak 120 NM dengan kesalahan arah sebesar satu derajat, pesawat akan tersimpangkan sejauh 2 NM. Dapat dihitung kemudian jika pesawat ter"deviasi" sebanyak 3 derajat pada jarak tempuh ratusan ,mile, maka pesawat akan tersesat sangat jauh.
Oleh sebab alasan itu, maka penunjukan arah dalam kegiatan navigasi digunakan sistem angka. Arah utara (merujuk atau mengarah ke kutub utara) disepakati sebagai arah nol derajat, arah timur dinyatakan sebagai arah 090 derajat, arah selatan (merujuk atau mengarah kutub selatan) disepakati sebagai arah 180 derajat, arah barat disebut arah 270 derajat dan dengan demikian, arah utara selain disebut sebagai arah nol derajat lazim pula disebut sebagai arah 360 derajat.
Dengan sistem angka ini, orang tidak lagi mengatakan pergi / terbang ke arah timur laut, tetapi pergi ke arah 25 derajat, atau 30 derajat, atau 40 derajat atau 70 derajat dan seterusnya.
pergi dengan arah 50 derajat berarti pergi dengan arah yang membentuk sudut 50 derajat dari acuan nol, yaitu 50 derajat dari garis acuan arah menuju kutub utara.
Arah-arah dengan acuan kutub utara bumi seperti tersebut diatas, disebut dengan arah TRUE. Disebut demikian, karena arah - arah dilakukan dengan mengacu pada kutub utara bumi sebenarnya.
Kelemahan penunjukan model ini adalah pada model navigasi konvensional, dimana peralatan canggih seperti GPS dan sebagainya belum digunakan, maka orang mengalami kesulitan untuk menunjuk arah TRUE NORTH yang pasti mengarah ke kutub utara bumi. Terlebih saat cuaca buruk, sehingga benda-benda langit tidak nampak, maka kesulitan untuk mendapatkan arah true nort sebagai referensi semakin besar.
Magnetic North
Salah satu cara untuk mendapatkan arah north / utara, adalah memanfaatkan magnet. batang Setiap magnet batang yang digantung bebas dan terbebas dari gangguan gelombang elektro maknetik, maka magnet tersebut akan menunjuk arah utara - selatan.
Hanya saja, yang perlu diingat, bahwa magnet batang tidak pernah menunjuk arah TRUE NORTH, atau menunjuk tepat ke arah kutub utara - selatan, karena setiap magnet batang yang tergantung bebas terkena medan magnet bumi dan mendapat daya tarik dari kutub magnet bumi. Kutub magnet bumi tidak satu posisi dengan kutub bumi.
Kutub utara magnet bumi terletak sekitar 1300 mile sebelah selatan kutub utara bumi, dan ke arah itulah batang magnet bumi mendapat gaya tarik.
Karena kutub utara bumi dan kutub utara magnet bumi tidak satu posisi, maka titik utara bumi (true north) berbeda posisi dengan titik utara magnetik bumi (magnetig north), sehingga penunjukan arah utara yang menggunakan batang magnet, harus dikoreksi jika ingin mendapatkan arah utara "true". Dampaknya adalah, semua penunjukan yang menggunakan alat bantu batang magnet, harus dikoreksi jika ingin mendapatkan arah sebenarnya (true direction). Besaran sudut koreksi yang digunakan untuk memberikan koreksi atas arah magnetic agar menjadi arah sebenarnya di bumi tersebut, diberi nama VARIATION.
Setiap posisi di muka bumi memiliki sudut variasi yang berbeda, tergantung posisi tempat itu terhadap kutub utara bumi serta kutub utara magnet bumi.
Variation berikut cara-cara perhitungannya agak sulit dituliskan di sini, tetapi banyak sumber yang dapat digunakan sebagai acuan untuk dapat memahami variation serta dampaknya bagi penunjukan arah dalam kegiatan navigasi.
Mudah-mudahan tulisan sekilas tentang arah ini dapat menjadi pangkal pijak untuk mempelajari sistem penunjukan arah dalam kegiatan navigasi selanjutnya.
1 komentar:
Blog yang sangat bermanfaat. Bahasa penulisannya mudah dipahami bagi orang awam seperti saya. Dari blog juga ini saya jadi semakin tahu kenapa alat-alat yang bisa memancar gelombang elektromagnetik dilarang untuk dinyalakan di dalam pesawat. Trimakasih.
Posting Komentar